Hadapi Virus Corona, Gubernur Ganjar Ajak Masyarakat Bersatu
MAGELANGEKSPRES.COM,PURWOREJO- Berbagai persoalan, seperti kelangkaan bawang putih dan masker yang disebabkan Virus Corona (COVID-19), menunjukkan bahwa Republik Indonesia harus memiliki daya tahan dalam kesehatan dan pangan. Persoalan itu merupakan bentuk tekanan yang banyak dan akan terus datang ke depan. Hal itu diungkapkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo SH MIP dalam acara Sarasehan dan Dialog bertajuk Asah, Asih, Asuh dalam Penguatan Budaya Sekolah yang Ramah dan Menyenangkan di SMA Negeri 7 Purworejo, Rabu (4/3). Sarasehan dan dialog juga dihadiri Gus Muwafiq, Forkopimda, sejumlah Pejabat Provinsi dan sejumlah pejabat OPD Kabupaten Purworejo dan Temanggung dan. Hadir pula para guru ngaji, kepala sekolah, serta perwakilan pelajar SMA dari Kabupaten Temanggung dan Purworejo. Gubernur Ganjar melanjutkan, kemampuan kontribusi bawang saat hanya lima persen, selebihnya impor. Harga di pasaran saat ini mahal disebabkan karena kapal impor bawang yang tidak dapat masuk karena Virus Corona. Sementara produksi masker terhambat, karena bahan bagian dalam dari masker ada yang harus impor dari Wuhan China. Dirinya bercerita tentang bawang dan masker dalam acara Sarasehan dan Dialog ini hanya ingin mengajak bangsa Indonesia, untuk kembali ke trah berketuhanan Yang Maha Esa dan berkemanusiaan yang adil dan beradab. Sehingga kasus kelangkaan masker karena penimbunan oknum dan penjual yang menjual mahal, tidak terjadi lagi. Baca juga Ganjar Tegaskan Penimbun Masker Bakal Ditindak Tegas “Maka saya undang para penceramah dan romo kyai untuk hadir di sini, untuk memberikan bagaimana spritualnya orang indonesia yang berketuhanan Yang Maha Esa itu,” kata Ganjar. Ganjar menambahkan bahwa pada era sekarang, dunia akan terus bergerak dengan cepat. Sehingga yang dibutuhkan Bangsa Indonesia saat ini adalah Persatuan Indonesia. Pada kesempatan itu, Gubernur Ganjar sempat menyinggung kasus kasus bullying yang viral beberapa waktu lalu. Dirinya mengapresiasi Pemkab Purworejo yang telah dengan sigap secara terbuka dan membuat keputusan tepat dalam menyeselaikannya. Sehingga sekolah bisa inklusi dan bisa diterima di sekolah negeri. “Tantangan kita ke depan, jangan energi kita habiskan untuk membully, mencaci, memecah belah. Sekarang saatnya kita semua bersatu. Nilai-nilai yang kita miliki tolong ditularkan, ojo do padu, do nesu, do hoax (jangan bertengkar, marah-marah, hoax),” tegasnya. Bupati Agus Bastian SE MM berharap adanya Sarasehan dan Dialog akan semakin menambah wawasan, kesadaran dan pencerahan. Dirinya memberikan apresiasi kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, yang telah mengadakan kegiatan di salah satu sekolah kebanggaan Purworejo ini. Dirinya juga berharap, kasus bullying yang terjadi lalu dapat menjadi momentum untuk memperbaiki sistem pendidikan di Kabupaten Purworejo. Menurutnya, fenomena munculnya kekerasan di dalam institusi pendidikan merupakan efek nyata dari pudarnya nilai-nilai budaya bangsa. Khususnya budaya Jawa, yang menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran, andhap asor, tepo seliro dan berbagai nilai positif lainnya. Terlebih bagi Purworejo yang selama ini dikenal sebagai kota pejuang dan kota perjuangan, yang tentunya harus mampu mewarisi nilai-nilai patriotisme atau kebangsaan. “Inilah yang perlu menjadi perhatian kita semua, terlebih dengan semakin massifnya disrupsi teknologi informasi, sehingga memungkinkan masuknya berbagai nilai yang tidak sesuai dengan budaya bangsa,” kata Bupati. (top)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: